Selasa, 29 Desember 2009

Perempuan Subuh Hari

Ketika malam mengganti peran siang sebagai hari. Diri rehat sejenak lepaskan segumpal penat diotak kepala, hempaskan butir-butiran rasa letih lelah dan tumpaskan tumpukan problema kecil mulai pagi hingga sore hari. Walaupun bersifat temporer namun sangat berarti.

Waktu malam pun sudah menjelma menjadi larut. Mata tak lagi berkompromi untuk melek lebar. Massa dari kelopak mata sudah melebihi "10 kg". Sudah saatnya diri merelakan mata untuk tertutup menjemput mimpi indah bahkan mimpi buruk. Tak pernah diketahui siapapun akan hal itu. Semua pasti berharap tidur yang lelap hingga membuka mata dan masih bernafas di pagi hari esok.

Menjelang subuh sesuatu sekejap terjadi ! Diri terkesima dan terkagum melihat dia membangunkan diri diwaktu pagi buta. Dia hanya mengingatkan diri untuk melakukan sujud sembah kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Hanya itu yang dia maksud.

Subhannallah walhamdulillah..
Senang hati dengan rasa tak percaya itu memeluk erat akal pikiran. Tak disangka dia yang secara spontan berbuat seperti itu.

Dia.. Adalah dia..
Perempuan subuhku..


Terima kasih banyak, wahai perempuan subuhku !
Jangan pernah letih dan bosan. Hanya itu yang aku minta. Tidak lebih !

Selasa, 01 Desember 2009

Mentariku

Mentari yang unik. Sangat unik. Tetap bercahaya di siang dan malam dalam ruang relung sukma yang curam.

Kerap tertawa geli seorang diri saat terlintas sang mentari menjelma bayang-bayang yang meraba secara perlahan dalam koridor pikiran.

Sang mentari selalu hidup benderang dalam logika dan perasaan. Itulah yang diharapkan seorang lelaki ini. Hidup benderang selalu.

Rabu, 09 September 2009

Senyum Manis SPG “76”

Dari awal hingga penghujung acara kau selalu dan tetap tersenyum. Sungguh ! Tahukah kau?! Aku terbuai dan hampir terhipnotis dengan senyuman yang kau pamerkan secara tak disengaja kepada orang ramai disekitarmu. Namun hal itu sama sekali tidak dapat mengalihkan duniaku. Hahaha..

Tanpa kau sadari senyuman itu terus tersorot oleh kamera dalam acara hiburan komedi berkuis dibulan suci ini. Mataku terus tertuju padamu, tepatnya terfokus oleh senyuman manismu yang sedikit tampak barisan gigi rapi mengintip dicelah bibirmu. Dan naluriku mengatakan sambil berdecak kagum “Betapa manisnya senyuman itu, ya Allah!”.

Hingga saat ini aku belum bosan melihat senyumanmu dan masih terngiang dikepalaku. Aku akan selalu teringat dan terkenang oleh senyuman itu. Kau sungguh beruntung memiliki senyuman manis nan indah itu. Janganlah kau lupa bersyukur kepada Tuhanmu akan anugerah dan karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu.


02.33 WIB
Rabu, 09 September 2009

Selasa, 08 September 2009

Perbuatan Tak Sebijak Perkataan

Terlalu mahir mengurai kata. Terlalu fasih mengolah kata. Terlalu lihai bersilat lidah. Terlalu lincah menepis aib terbukti.

Berceramah tiada titik tanpa koma. Bersuara lantang terdengar sumbang. Berlagak tegas dan idealis sejuta prinsip. Membangun tembok diri namun kian rapuh.

Bijak sana.. !! Bijak sini.. !! Berbagai pola kalimat penuh inspirasi basi ! Curahan hati berujung kemunafikan diri ! Dan pendustaan diri menganga lebar dalam hati ! Perbuatanmu tak sebijak perkataanmu !


01.17 WIB
Sabtu, 05 September 2009

Minggu, 06 September 2009

Bertahan Tanpa Batas

Bersama kita terus melangkah. Lalui hari lewati waktu. Hadapi semua dengan hati kebas. Semua itu realita biasa.

Terus bertahan takkan berhenti. Tegak berdiri hingga ajal menanti. Terus bertahan takkan lelah. Berpegang teguh terhadap suatu pilihan. Takkan hiraukan pandangan miring.

Waktu terus berjalan dan berlalu. Tetap tenang dan bertahan. Bertahan dengan prinsip disiplin. Aku bangga seperti ini. Tak peduli dengan mereka. Mereka yang selalu mencibir. Mencibir sinis yang tak kunjung henti.

Kami akan terus bertahan. Tak akan berhenti bertahan. Dan kita tetap berteman. Karena berteman tiada batasan.

Saat ratusan kepalan menyerang, maka ribuan kepalan pun membalas!


01.42 WIB
Rabu, 02 September 2009

Tingkah Laku Fenomenal Negeri Seberang

Tak tahu malu. Tak beretika. Saat mereka merampas seni budaya negeri.
Tak terduga. Tak disangka. Mereka tak lain negara tetangga sendiri.

Negeri serumpun namun tak sebangsa. Telah injak harga diri bangsa. Sulit ditolerir dan dimaafkan. Berulang kali lakukan kesalahan yang sama. Lebih bodoh daripada keledai yang tak pernah mau terperosok ke dalam lobang yang sama.

Kalian perompak kelas teri ! Berwajah tembok setebal 100 meter bahkan lebih ! Kalian pembajak amatir lebih rendah dari manusia pecahan botol ! Bertingkah seperti binatang haram pemakan apa saja yang kerap bermandi lumpur !

Kesombongan dan keangkuhan gerogoti sukma jiwa kalian ! Walaupun negeriku tak semakmur negerimu. Tapi kau miskin dalam seni budaya. Tiada saudara yang menjilat dan menghisap darah saudaranya sendiri.

Tak sepenuhnya kau berhak bertindak semaumu. Tak sepenuhnya kalian berhak ! Tak sepatutnya kau berhak untuk berbuat sesuka hati seperti manusia berotak pikiran dangkal itu !


23.35 WIB
Senin, 31 Agustus 2009

Selasa, 25 Agustus 2009

Cerita Indah Aku Dan Kau, Hanya Kita Dan Kami Berdua

Disini dan disana. Permukaan air luas memisahkan dua pulau. Masih bertetangga antar kedua Negara. Berjarak jauh lebih dari ribuan kilometer. Antara negeriku dan negerimu. Indonesia dan Brunei. Itulah jelas dan pastinya.

Tak pernah kusangka. Diriku jatuh hati lagi. Tak pernah kuduga. Ini semua bisa terjadi dan kurasakan. Tak pernah kupikirkan. Telah menjadi indah seperti ini.

Usia kita terlampau sedikit jauh. Kau jauh lebih muda dariku. Tapi kau gadis yang memiliki pemikiran cukup matang dan berbeda dengan kaum sejenis sebayamu. Kau sedikit kritis dan bijak dalam berpikir dan berkata. Tak kau sadari itu karena aku yang melihat dan menilai.

Aku menggenggam tanganmu, menjagamu, melindungimu dan bersama kita melangkah menuju hidup yang lebih baik dan lebih positif. Hanya itu yang aku inginkan bila diizinkan-Nya bersamamu kelak.

Setiap siang hingga malam aku selalu memikirkanmu. Dan kau juga bilang hal yang sama sepertiku. Kau begitu sempurna dimataku. Kau begitu indah dikhayalkan. Kau begitu nyaman sekaligus sesak dalam pikiran dan hatiku. Karena aku tak pernah tahu kapan kita bertatapan muka secara nyata. Kita hanya bisa saling bercanda dan berinteraksi dalam dunia maya yang semu. Untuk mereka yang tertawakan cerita kita, tak usah peduli dan risih karena hanya kita yang berperan dalam cerita ini.

Saling berbagi kisah dan curahan hati. Tertawa, sedih dan bahagia mengisi cerita kita. Kau dan aku saling memberi semangat dalam menjalani yang penuh liku bermacam warna terkadang sulit ditebak.

Selang waktu terus berjalan. Aku pun merasakan kerinduan yang begitu hebat. Ingin mendobrak dinding perasaan berlanjut kerinduan. Sedikit abstrak kendalikan diri. Sama sepertimu namun kau dapat menahan itu. Kau terus menegur dan menenangkan aku dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Kau katakan kepadaku “Kita harus bersabar dan tetap bertahan. Apabila Dia mengizinkan, kita pasti berjumpa. Dan kita harus yakini itu. Jangan bersedih karena tiada gunanya. Ingatlah, kita harus bersabar dan terus bertahan. Tak usah pernah kita sesali. Inilah cerita paling indah dan seru dalam hidupku, mungkin juga dalam hidupmu. Kita harus berterima kasih kepada-Nya. Karena kita sudah bertemu dan berkenalan. Aku sayang kamu, sungguh-sungguh menyayangimu, dek !!”. Aku tersentak malu bercampur tenang nan bahagia mendengar teguran dan ucapanmu. Aku pun yakinkan diri dengan tegas untuk terus bersabar dan tetap bertahan.

Kuawali dengan berucap kalimat begitu suci “Bismillahirrahmanirrahim” dan akan kuakhiri dengan ucapan “Alhamdulillah ya Allah..” terhadap apapun yang terjadi nantinya. Amin ya rabbal’alamin..


Juni, 2009

Kamis, 13 Agustus 2009

Penghuni Gubuk Tua

Pria dan wanita itu hebat. Lebih biasa dipanggil kakek dan nenek. Tua renta jelang tutup usia. Tak bosan jalani hidup nan kejam. Masih berjuang mengais rezeki. Berat beban dipikul tak mempan lagi. Sudah kebal terasa kebas. Tak hiraukan derita kian mendera. Bertahan hidup tetap sederhana. Tolak kenikmatan duniawi. Tetap bertawakal kepada Yang Maha Esa.

Lelah bukan halangan. Letih bukan hambatan. Kuat dan kokoh bagai laksana bambu tak tumbang jua dihantam badai beringas. Antibiotik semangat bantai musnah virus lelah letih itu.

Mengharukan sangat menyentuh. Tak mesti salahkan takdir. Karena semua dari-Nya patut disyukuri bukan disesali. Kagum, takjub dan malu melanda hati. Terlihat senyuman ikhlas dan sorot mata tajam. Seolah berkata “Kami masih kuat”. Tersirat dari kalimat tersebut. Mereka yakin kemenangan ada didepan mata. Pasangan ini wajar diteladani.

Mampukah kita??


Sat, 09 May 2009 at 00:49

Jumat, 03 Juli 2009

Terhanyut Kelezatan Gulai Baung

Kabar kedatanganmu selalu ditunggu. Kau adalah masakan super extra lezat nan nikmat buatan seorang ibu sahabat. Berkuah manis asem asin sekaligus pedas bercampur aduk. Begitu pantas untuk disantap. Begitu disesali untuk dilewatkan.

Ingat akan lapar dan lupa akan kenyang. Aku terhipnotis patuhi perintah. Perintah mencicipi sampai lupa diri. Gigi seri sadis memotong dagingmu. Gigi taring brutal mengoyak dagingmu. Gigi geraham gencar menggiling halus dagingmu. Barisan gigi dan lidah bergoyang dalam proses rotasi penghancuran. Kau begitu melekat dihati. Aromamu masih tersisa dihidung. Semerbak mewangi nikmatmu.

Aku berhak menyantapmu. Kau tak berhak menolak. Kau hanya punya hak untuk disantap. Hak aku ini mutlak melahapmu. Sendawa bersahut-sahutan. Dan aku ucapkan "Alhamdulillah". Diri dan hati ini puas!


23.41 Fri
03/07/2009

Satu Malam Tak Bersahabat

Malam terasa panas berujung gerah. Cukup aneh tapi nyata dan realita biasa. Salah satu bentuk dari hasil pemanasan global. Dulu mereka sangat pengertian terhadap manusia. Namun pengertian mereka dibalas tuba. Kini mereka murka tak lagi pengertian dan tak butuh diplomasi. Sangat ironis mencium dinding kronis.

Diri kecewa penuh sesal. Mendaki tangga menuju kamar peristirahatan sementara menjelang esok hari. Masih terasa panas dan gerah jua. Semakin paksa diri mengeluh tak tentu. Gerbang meraih tidur lelap terkunci kokoh. Akhirnya terbuka lebar saat bala tentara ngantuk mendobrak.

Diri pun tertidur tak lelap. Sedikit tersentak kejang saat panas masih kuasai udara. Mahal untuk membuka mata karena ngantuk jauh lebih murah. Diri larut tertidur hingga bangun di esok pagi hari.


07.49 Sun
31/06/2009

Selasa, 30 Juni 2009

Semua Milik-Nya

Apa yang aku lihat itu adalah milik Engkau.
Apa yang aku dengar itu adalah milik Engkau.
Apa yang aku cium itu adalah milik Engkau.
Apa yang aku hirup itu adalah milik Engkau.

Apa yang aku rasakan itu adalah milik Engkau.
Apa yang aku sentuh itu adalah milik Engkau.
Apa yang aku nikmati itu adalah milik Engkau.
Apa yang aku syukuri itu adalah milik Engkau.

Engkaulah ya Allahuakbar..
Allah SWT, Sang Pencipta Alam Semesta dan Pemilik dari segala yang ada di dunia ini dan akhirat.

03.08 WIB
01/07/2009

Minggu, 21 Juni 2009

Cerita Lucu Dibalik Kisah Perih Dua Anak Manusia

Berawal dari dunia maya yakni situs penghilang rasa bosan sejenak sulit dilewatkan. Tak disengaja tak pernah disangka. Perempuan itu menghampiri si lelaki dengan maksud untuk berteman tidak lebih. Bertegur sapa layaknya awal mula sambung erat hubungan silaturahmi antar sesama umat. Canda tawa warnai dinding gedung pertemanan yang baru dibangun.

Penasaran pun bangkit menggelora hati kedua manusia tersebut. Rasa ingin bertemu dalam dunia nyata berontak mendobrak hancur lebur tembok penasaran. Akhirnya mereka raih keinginan terpendam dan tersenyum puas dikala sore hari. Forum curahan hati pun digelar. Cerita pedih mengalir deras dari mulut tipis perempuan itu. Sang lelaki mendengar cerita pedih tak pernah diduga.

Hanya bisa memberi saran, nasehat dan pengalaman hidup yang tak kalah pahitnya kepada si perempuan. Berkatalah lelaki tersebut. "Hidup ini indah karena adanya perpaduan antara cerita manis dan pahit telah bersatu yang kita alami membuat kita menjadi lebih dewasa, lebih berpikir positif, lebih menghargai hidup beserta umat manusia dan selalu menyadari bahwa Sang Maha Pengampun Dosa tak pernah jauh dan tak pernah meninggalkan kita!". Perempuan berparas cukup elok berwajah sedikit oriental mengaku terkesima begitu seksama mendengar ocehan nasehat berhawa positif dari si lelaki tersebut.

Malam kian setengah gelap tak gulita pun menyambut. Suara adzan syahdu berkumandang di segala penjuru. Mereka spontan tersentak dan berinisiatif jenguk rumah Allah nan suci untuk lakukan sujud sembah kepada-Nya.

Lanjutkan perjalanan mencari lokasi tepat berinteraksi khusus. Tercetus dari mulut perempuan itu untuk membeli buah berkulit duri namun berisi daging buah menggoda dan lezat. Kedua manusia tersebut bertukar pikiran saling belajar mencerna masing-masing kisah pahit mereka sambil mencicipi buah yang sangat disesalkan untuk tidak dilahap saat kesempatan itu ada.

Setengah hari lebih tak sampai seharian jalani waktu hanya berdua yang cukup berkesan hingga membuat si lelaki masih tak percaya. Terus tertawa puas hingga akhirnya waktu pisahkan keduanya. Inilah cerita lucu bagi kedua manusia yang terus berjuang dan berusaha meraih pahala menuju pintu Surga-Nya. Inilah cerita. Cerita mereka. Mereka berdua. Si lelaki dan si perempuan. Hanya mereka berdua.

23:05 Fri
19/06/2009

Minggu, 07 Juni 2009

Nasib Sial Pendekar Hijau

Hijau kita ludes dibantai. Berubah menjadi coklat permukaan datar hamparan luas. Segera berdiri tegak tinggi menjulang bangunan berbahan dasar semen dan pasir beserta gerombolan batu. Berbagai macam bangunan multifungsi sebagai pusat hiburan, tempat usaha dan perumahan ribuan tipe. Senjata alat berat diutus musnahkan pendekar hijau umat manusia. Terlihat angkuh tak bersahabat bagi rakyat kecil. Namun tidak bagi mereka yang tega dan mampu. Suatu kebanggaan dan kepuasan yang mereka dapat dan rasakan.

Tersiksa perlahan-lahan hingga kepunahan menjemput. Tak lagi hijau seperti awalnya tumbuh bak dokter intensif nan efektif dalam sistem pernapasan.


Akhir cerita, negeri tercinta ciptakan dongeng baru zaman modern kepada anak cucu kita kelak. "Dahulu kala Indonesia pernah dan sungguh hijau". Sebelum dongeng itu lahir gemparkan dunia luar penuh misteri.

Selamatkan pendekar hijau tersebut mulai sekarang. Agar negeri bahkan seluruh permukaan tanah planet bumi pun tak menjadi dunia air.


02.53 Tue
19/05/2009

Dendam Tak Berujung

Lama terpendam. Hati terus dikepung kabut dendam. Api amarah tak kunjung padam. Logika pun galau terhujam.

Blam!! Bum!! Bam!!
Diri berpikir menggumam. Ingin menghantam. Terbang menerkam sekaligus menikam. Dengan kepalan tangan berwujud senjata tajam.

Biografi hidupmu kusam. Masa lalu indah berbalik kelam. Prediksi masa depan buram bukan suram. Durhaka berlanjut tanpa baku hantam. Selalu mengalah diri saat dia meredam.


Paksa diri menggerutu geram. Serasa bertarung dalam arus air arung jeram. Emosi bergejolak tak tenteram. Semua tersebut berakhir diri tenggelam menjadi demam.



23:43 Thu
28/05/2009

Selasa, 05 Mei 2009

Belasungkawa Moral Seorang Patriot

Kecewa larut dalam kesedihan. Satu manusia lembaga penegakan hukum kebanggaan bangsa. Jadi tersangka kasus cabut nyawa. Juga korban dari si korban. Berubah haluan dari penjebak menjadi terjebak.

Karir mulus naik daun. Jatuh terhempas telak akibat ulah sendiri. Reputasi hancur lebur. Organisasi berbakti pada negeri tercoreng. Muncul hawa negatif khalayak ramai. Tak dipercayai lagi. Hilang sudah !!

Apa masalahnya?? Pemerasan hina?? Asmara palsu?? Atau perempuan itu??

Memalukan tidak etis. Terus terang kecewa meradang. Sekaligus bangga dengan jasa itu. Teruslah berjuang. Belajar dari kesalahan. Segera perbaiki nanti. Tetap tabah hati.

Sabtu, 02 Mei 2009

Ngantuk Mengejar Tidur

Kelopak mata terasa berat. Mata melihat tak fokus. Antara sadar tidak sadar. Tubuh terkulai lemas tak berdaya. Tenaga kritis hampir kronis. Sensitif tak peka. Meraba mencari alas rebahan. Kasur empuk duet bantal guling. Terlelap nyenyak. Susul mimpi indah atau buruk. Bahkan tidak sama sekali.

Pasukan Balita Terlantar

Siang menjemput pagi. Saksikan acara layar kaca. Nyata tanpa rekayasa. “Reality show”. Itu katanya.

Padang rumput hijau kepung rumah permai. Tempat penampungan terlihat ramai. Ramai akan generasi bangsa. Pembela tanah air masa depan. Mereka bayi terlantar. Dibuang orang tua kandung. Terkadang kerabat sendiri pun berperan. Tak punya belas kasihan. Tak bertanggung jawab!! Mengelak dengan alasan “Terpaksa”. Terus salahkan takdir. Tepatnya akibat ulah sendiri. Malu akui kesalahan.

Suasana sedih haru mendominasi. Masih bisa lemparkan senyum. Luar biasa kekuatan mereka. Suci belum tersentuh dosa.

Kasih sayang pengasuh memacu semangat. Siap menerjang gunung terjal kehidupan duniawi. Kalian penerjang itu!! Kelak nanti masa itu tiba Tetap berada dalam batasan. Jangan lewati garis batas. Ingatlah Sang Pencipta alam semesta. Yang melindungi sewaktu balita.

Semoga hidup indah penuh kedamaian tercapai. Basahi tanah hati. Bersihkan pikiran. Sinar mentari terangi jiwa. Iman dan diri selalu bersatu. Laksana bintang temani bulan selamanya.

Zahwa Saufayura Harahap

12 Agustus 2008. Itu tanggal lahir si pengibar semangat keluarga kecil. Bayi mungil cantik jelita. Manis rupamu. Tengkorak kepala besar dan bibir sedikit tebal seperti ayahmu. Mata bulat lebar, hidung pesek, senyum tawa geli seperti ibumu. Lembut kulit putih berserimu tak seperti keduanya. Fakta bukan fiktif belaka.

Kedatanganmu dinanti selalu. Disambut bak putrid raja tak terjamah. Sungguh beruntung status itu. Jarang dirasa dan didapat mereka yang lain. Baumu tercium khas dihidung. Buat kami sumringah.

Kau ubah suasana. Tingkah manjamu hipnotis keluarga kecil. Dingin jadi hangat. Gerah jadi sejuk. Cekam jadi haru bahagia. Kaku jadi santai. Tenang, damai dan nyaman berkuasa. Berdiri kokoh diatas singgasana. Terhanyut dan larut didalamnya sejenak.

Kobarkan semangat. Kibarkan bendera harmonis. Hubungan antara kami. Kau si diplomat kecil bijak. Proklamator situasi metamorfosa kami. Kehebatan dirimu terletak pada titik itu.

Sabtu, 25 April 2009

Inikah Berteman Tanpa Batasan Itu?? TIDAK !!

Mengapa? Batinmu tak pernah akui! Sungguh ironis tanpa dramatis! Dukungan yang dibutuhkan! Bukan hujatan dan cacian dalam hati. Bukan diskon 110% harga ocehan sampah busuk dari ruangan mengunyah nasi!

Tatapan sinis dan sindiran pedas. Menjadi korban pembahasan. Suatu hal biasa diterima. Bagai pukulan telak tak terduga. Tertangkis perisai sabar berlapis baja canda.

Status kami selalu kau pertanyakan. Tanpa henti kau bertanya. Tiada akhir! Maafkan aku. Perasaan ini tak bisa dibohongi. Status harusnya kau benci. Bukan diri ini.

Sekarang dan selamanya. Bangga tetap begini. Hingga kau kekal bersatu dengan tanah.

Semangat Pertama Kelak Terbenam

Lapisan kaca batasi pandangan. Melihat serangan gerombolan air. Terus menghantam tanah di malam itu.
Terdiam dan tertegun. Mengingat ucapan wanita kuat. Dia yang paling kucintai. Dalam dunia fana ini.

Perangai wanita itu begitu indah. Rela korbankan jiwa raga. Siap meregang nyawa. Demi kebahagiaan seorang anak. Ketulusan dan keikhlasan terus mengiringi. Tanpa pikir sisa umur.

Masih terdiam bisu. Terjebak pertanyaan sesakkan jiwa. "Siapkah ditinggalkan olehnya?". Tak terjawab hingga hembusan nafas terakhir.

"Semoga panjang umur. Dan sehat selalu, Mama". Doa tulusku kepada-Nya. Aku menangis.

Senyuman Indah Gadis Kecil

Hari yang terang di kala itu. Karena tembusan cahaya bulat ke bumi kita berpijak. Panas terik!! Seperti terpanggang dalam oven. Siap menyambar amarah jika tersinggung. Melanda seorang pria dibelakang barisan garis putih. Sabar menunggu perintah si lampu hijau.

Hilang! Terbuai tarian dan suara gadis kecil. Emosi yang siap meledak, terlupa! Kebekuan kesal mencair. Gadis kecil berputar menari. Goncangkan 4 tutup botol gepeng, ditusuk paku pada kayu persegi kecil. Riang, gembira dan penuh canda tawa lepas. Hiraukan sengatan panas si bola kuning. Tak peduli membakar kulit. Semakin murka akibat “global warming”.

Gadis kecil tetap tersenyum elok. Gambarkan wajah polos tak terhinggap dosa. Mengejar pahala dikejar dosa. Senyuman penuh kesabaran gadis kecil. Mengulurkan tangan menunggu koin berlambang 3 angka dan kertas bergores lukisan kecil pahlawan. Begitu luar biasa indah.

Namun.. Pemandangan itu membuat si pria malu. Malu akan kemampuan senasib dia. “Tidak mampu!”, bisik pria itu. Kesabaran si gadis kecil luluhlantakkan benteng beton kesabaran si pria. Pria itu diam membisu. Tak keluarkan kata apapun. Menyeka air keringat di wajah. Pergi menanggung malu sendiri.

Ketika Rasa Itu Butakan Logika

Kebahagiaan dan kegembiraan terasah tajam. Kecemasan dan kebimbangan terhunus. Dan menghujam terus menghujam. Bagian tersensitif manusia. Hatiku lah itu. Tertusuk dalam dan curam. Karena dia.

Gundah gulana. Resah gelisah. Risau terus berkicau. Menghantam hati. Desak perasaan tuk mencekik logika hingga tak bersuara. Lakukan kudeta tuk laksanakan kehendak hati mengagumi. Logika lengser ketika perasaan berunjuk rasa tanpa henti. Setuju dengan tuntutan penasaran. Temui dia.

Melihat dalam layar monitor. Mencari dan mendapat jawaban lewat ketikan pertanyaan sederhana. Terucap kata-kata kecil sejukkan hati. Mendengar suara lembut sosok manusia patut disayangi, dipelihara dan dilindungi. Itu interaksi aku dan dia.

Hanya bisa bersyukur kepada-Nya. Aku jatuh hati. Terima kasih Tuhan. Wanita itulah dia.

Penyesalan Sang Darah Daging

Terdengar kabar berita tetangga propinsi. Goncang perasaan dan pikiran. Sakit parah gerogoti tubuh lelaki itu. Obrolan campuran saran dan kritik mengaum. Melalui rumah gigi dan lidah perempuan muda itu.

Memasuki alat indera pendengar. Merayap agresif menuju hati. Meraba pelan naik tangga menuju otak. Sekejap sedih iba kuasai hati. Menyatu dengan tabah. Air mata berlinang terjatuh tanggung. Bimbang dan bingung terasa.

Dahulu hingga kini. Terjerat kerap terjebak masa lalu. Membenci lelaki itu. Sekaligus merindu dan mengasihi. Itu selalu..

Hati terkadang disekap dendam. Segera cakaran logika mencabik ikatan sekapan. Lepas!! Sadar!! Aku salah!! Akui kasih sayang lelaki itu. Walau kadang mendendam. Sang darah daging berhasrat. Memeluk tubuh kekar disaingi perut buncit. Bisikkan kata penuh penyesalan. “Maafkan aku. Aku menyayangimu, Ayah!”. Akhiri cerita dengan ciuman didahinya.

Takut Yang Terabaikan

Lenyapnya harta. Habisnya uang. Hilangnya kekuasaan dan ketenaran. Tak lagi bernyawa. Suatu lukisan ketakutan realita wajar dalam kehidupan manusia.

Tetapi, takut akan amarah-Nya. Takut akan siksaan-Nya. Takut akan api hitam neraka. Meraung murka. Menjerit histeris. Tahu bahkan tidak tahu sama sekali. Tak pernah sadari itu.

Sadarkan diri dan bertaubatlah. Masih ada kesempatan itu. Segera lakukan..

Gejolak Ego Tak Terkendali

Kegalauan melanda perasaan. Logika terjajah ego. Prasangka buruk tak kunjung henti. Keangkuhan senjata pembelaan diri. Belenggu si gadis remaja.

Tak sanggup bertahan. Salahkan target incaran. Cicipi hidangan rasa hambar. Singgahi ruang kasih hampa. Bermimpi sepasang merpati. Selalu berdua terbang berdua. Keadaan susah mengizinkan.

Takut kehilangan. Cemas ditinggalkan. Pasang strategi posesif. Sadar dan tak mengerti. Sang lelaki miliki hasrat bersosialisasi. Hanya itu..

Yakinkan gadis remaja. Tak hilang rasa dan tak berkhianat. Jawaban terdakwa tak bersalah.

Penalaran gadis remaja tak kunjung tiba. Pertahankan taktik lilitan rantai besi. Terdesak ego. Berkhayal pergi jauh.

Cemburu tak beralasan. Lelaki pun mengalah. Tersungging senyum pahit.

Rasa itu terlalu dan berlebihan. Masih gelisah terasa. Butuh kedewasaan menjawab. Hilangnya ego si gadis remaja.

Sirkus Maksiat Jelang 9 April 2009

Beramai-ramai. Berbondong-bondong. Berbaris acak. Memikul bendera berwarna. Isi penuh wadah orasi. Gumpalan sumpah terucap. Tak tentu terbukti. Mencari simpati. Demi diri sendiri? Atau khalayak ramai?

Suguhkan hiburan kacau balau. Topeng biduan si wanita jalang. Goyang tari erotis. Robohkan benteng iman. Nafsu syahwat lepas kendali. Kesempatan mesum dalam kesempitan.

Kesal terlahir kecewa. Batin terusik tak percaya. Keputusan apa diambil? Contreng atau coblos? “Hahaha..” Tawa sejenak dihati. Penuh arti. Demi ibu pertiwi. Aku memilih..

Dia..!!! Manusia Tak Tahu Diri

Berperawakan gemuk agak besar tidak bongsor. Berwajah kasar bekas pertempuran jari dan kulit berbukit. Berakhir dengan pertumpahan darah bercampur nanah. Cukup berumur tidak uzur.

Gagah seperti lambang negara berideologi Pancasila. Berwibawa seperti singa raja hutan rimba. Itu lapisan luar. Congkak seperti iblis raja setan. Beradab seperti setan budak iblis. Itu lapisan dalam.

Ketidakdewasaan, otak karam laut dangkal, arogan dan licik. Itulah isi..!!!

Memakibentak wanita yang mengandung dan melahirkannya. Tak berbakti. Tak beretika. Tiada toleransi. Tak tahu malu. Tak tahu diuntung. Tak berakhlak. Tak henti mengeluh kenyataan hidup. Durhaka..!!!

Terlalu jauh berkhayal. Terlalu tinggi bermimpi. Sadar tak kunjung penyesalan. Berkali-kali. Sampai kapan?! Hah?!! Sampai kapan?!!!

Tak patut menjadi contoh bagi sang adik. Tak patut menjadi pelindung bagi keluarga kecil.

Apa yang harus diteladani darinya?? Suatu akhlak terlahir dari pemikiran otak kritis, koma bahkan kronis?? Atau suatu logika terlahir dari ego kelak berujung sesat abadi?? Lelah berdebat..!!!

Wanita itu menangis menahan sakit. Terkulai lemas tak berdaya. Susah 'tuk maafkan. Biadab!! Terlalu bejat sikapmu..!!! Sungguh menyedihkan. Membuat pilu hati. Timbulkan dendam saudara kandung. Emosi terbakar siksa batin.

Hingga ruh tinggalkan jasad. Takkan rela!! Tuhan pasti membalas!!

Tanya Jawab Sesaat Penuh Arti

Pagi menjelang siang. Bermain dalam dunia maya. Terbuai dan terlena. Tak peduli waktu. Login dan sign in terlebih dulu. Kolom interaksi manusia berkomunikasi. Chat !!!

Hah?! Terperanjat tapi bahagia. Bukan main rasanya. Luar biasa. “Hhaha..” Tersenyum lebar. Barisan gigi mengintip. Melihat dia diruang chat.

Menyapa dan terbalas. Awal kata modus tanya. Apa kabar? Dimana? Ngapain? Udah sarapan? Terjawab semua. Malu melucuti hati. Senang dan gembira. “Hhihi..” Makin terperosok jurang malu.

Tanya itu dijawab. Posisi berbalik. Ganti giliran. Dia bertanya. Menjawab bohong. Terpaksa lakukan. Malu, malu, malu..

Ingin terus terang. Tapi tak bisa. Jawaban adalah dia. Sesungguhnya dia. Memang dia. Bukan orang lain. Dia..!!! Aku rindukan selalu. Aku yakin. Jujur…

Kesempatan Itu

Matahari telah terbit. Naik seperempat atas sinari bumi. Sambut pagi hari ini.

Membuka mata. Masih bernafas. Hirup udara sejuk udara. Nikmati suasana indah.

Tersentak! Teringat kepada-Nya. Masih diberi kesempatan.

Kesempatan itu adalah.. Jalani hidup dan bernafas tuk bertaubat. Mata melihat. Hidung mencium. Mulut berbicara.Telinga mendengar. Tangan menggenggam. Kaki melangkah 'tuk berjalan.

Alhamdulillah.. Masih ada kesempatan itu. Tuntut lakukan kewajiban sebagai manusia. Tetap sabar terus berusaha.

Debat Kacau Terselip Pesan

Sabar.. Kendalikan diri.. Ketika status disinggung dan dipertanyakan. Tanya jawab berbau hujatan menyudutkan. Sering terlontar terasa terkepung. Peristiwa biasa terjadi. Biasa menyusul bosan.

Perbedaan pendapat dan pandangan. Hak penuh memberi pendapat. Itu tidak salah. Namun senjata penilaian terucap salah. Jadikan tameng pembelaan diri.

Menggelikan terus menikmati. Topeng bodoh berlapis karet konyol dimata. Sorot cahaya bola mata keraguan terlihat. Tak yakin dan menyesal. Atas barisan acak kata telah terucap. Sudah berlalu tak kembali. Tetapi bisa diperbaiki. Jangan khawatir..

Berpikir sebelum berucap. Fokus dan konsentrasi. Miinimalisir kesalahan ribuan huruf terucap. Jikalau tidak?! Reputasi luntur secuil tidak pudar. Malu membalut diri.

Senyum puas disusul tawa kecil. Tiada pemenang. Tetap berteman. Beda tapi sama.

Pemandangan Indah Sebelum Tidur

Nafas menderu berkejar-kejaran. Rambut tergerai bebas. Mata tertutup teduh. Senyuman kecil tersungging. Selayaknya bermimpi indah.

Genggaman tangan menghanyutkan. Terasa kasar tapi lembut. Berbisik kecil satu kata "Mama.."

Hati berteriak lantang. Sungguh menakjubkan..!!!

Menanti Waktu Itu Datang

Waktu terus berputar. Bumi trus kelilingi matahari tak henti. Siang malam terus berganti. Detik demi menit trus berlalu.

Peristiwa alam tak lagi bersahabat. Cerita dunia sakit parah. Ibu pertiwi menangis tersedu. Peperangan ego memakan korban. Tak lain adalah sesama.

Kapan kedamaian tercipta?? Kapan kemenangan tiba?? Kapan ketenangan menjemput?? Sesungguhnya.. Selamanya..

Bidadariku..

Suara merdu getarkan hati. Wajah manis debarkan jantung. Senyum indah sesakkan napas. So beautiful !! Bagai bidadari cantik dan tulus. Walaupun tak sesempurna di surga.

Hanya mampu melihat di layar kaca. Selalu dalam khayalan dan mimpi. Takkan memudar. Apalagi hilang. Takkan pernah.

Pria Putih Bertato

Tak tahu. Tak sadar. Terkecoh. Tak percaya. Kesal. Kecewa. Marah.

Ternyata.. Perusak. Perusuh. Penjilat. Penipu. Licik. Gula manis pahit rasa. Cari muka bermodal membual.

Pergi jauh. Hilang tak kembali. Lepas tanggung jawab. Masalah tersisa. Belum selesai !!

Monster Pembunuh Mental

Aliran darah terhenti sejenak. Jantung berdegup kencang. Urat nadi terlilit putus. Mata melotot jelalatan. Konsentrasi fokus buyar.

Monster mungil tengil. Ekor panjang. Bulu tipis lebat. Muncung panjang berkumis. Tubuh bengkak. Perut buncit. Telinga bulat mendua. Kaki empat pendek. Gigi kecil tajam. Makan apa saja. Tak peduli.

Berlari tiap sudut parit jorok. Selokan busuk. Mual muntah terbayang. Arrgghh !! Menjijikkan. Muak !!

Jatuhkan mental. Otak terasa penat. Nyali menciut. Teringat lagi.

Benci setengah mati. Tekad kuat musnahkan. Tapi tak kuasa. Phobia tiada habis.

Pertanyan Menyudutkan

Apakah kita menyembah-Nya karena takut akan api hitam neraka-Nya??

Atau..

Apakah kita menyembah-Nya karena asa tak terbendung akan keindahan surga-Nya??

Dan atau..

Apakah kita menyembah-Nya semata-mata hanya karena-Nya??

Agresi Galau Bimbang

Menangis itu.. Pertanda dari kelesuan batin. Tahan air mata. Jika tidak, hati dihantam gelombang samudera menggelora. Hingga diri tak dapat mencari diri sendiri. Kecuali Sang Pencipta Yang Maha Perkasa. Dia yang kita sembah.

Semua Dan Si Kulit Bundar

Kotak persegi panjang tersedia. Wadah semua berlaga. Lapangan hijau tak besar tak kecil. Berwarna rumput tanah subur.
Gembira bukan main. Keseimbangan badan kokoh. Tangan berayun tak henti. Kaki kencang berlari. Kejar si kulit bundar. Menjabat sebagai poros permainan. Ciptakan sebuah fenomenal. Bersambut teriakan dan kepuasan batin. Gol !! Itu kata mereka.

Adrenalin terus berpacu. Putar otak cari celah. Celah untuk membalas. Gol yang telah tercipta. Ini seru namun tidak krusial.Tapi kebutuhan vital sore hari. Tiap hari.

Semua tertawa. Tak ada amarah. Sportif selimuti semua. Semua teman masa kecil. Hingga kini tetap berteman. Selalu tersenyum bersama.

Akhirnya kulit bundar mati. Hembuskan angin terakhir. Tak bisa bermimpi lagi. Paksa pacuan adrenalin berhenti. Akibat kecerobohan satu dari semua. Sedikit kecewa tapi puas. Sumringah semua.

Hiburan Rekayasa

Modus masalah intern. Begitu pribadi terpublikasi. Menegangkan tak mendidik. Buang waktu tiada guna. Ketika aib tak lagi dihargai. Realita biasa permalukan diri. Demi lembaran kertas-kertas nominal mata uang negeri. Kebutuhan hidup yang vital. Cuihh !!

Laku keras dan laris manis. Badut media hiburan. Pembodohan publik menjamur. Alasan cari nafkah. Bertahan hidup. Profesi? Manipulasi? Hobi? Majikan badut itu. Dia tahu.

Jelang Hikmah

Keluh kesah gerogoti palung jiwa. Berharap banyak pada nasib. Bagai menyembah takdir. Terlalu mencinta yang dicinta. Itu tidak salah. Sama sekali tidak. Hak milik apresiasi diri.

Masalah yang digeluti. Seperti eksekusi mati. Berlebihan cukup beralasan. Tenggelam di lautan problema. Terjebak pusaran kegelisahan. Menjelma rahasia hati pedih. Tulus dan ikhlas maafkan semua.

Celah itu belum terlihat. Celah kehidupan dunia lebih baik. Tak pernah terbayang dan diduga. Buka kedua mata multifungsi ciptaan-Nya. Melekkan selebar jendela dunia tak terbatas. Akan takjub terasa. Hidup indah berwarna. Sakit sembuh lahirkan hikmah. Sedikit tak sadari itu.

Jalan hidup masih panjang. Persenjatai diri segera. Sabar berwujud pedang. Tabah berubah jubah. Tegar menjadi perisai. Banyak hal belum dipelajari. Banyak nikmat dan pahit kecut belum dirasa.

Kuatkan diri. Yakinkan diri. Tegaskan diri. Berjuang terus berjuang. Tak patah arang. Lalui tahap pendewasaan menuju pencerahan diri. Semangat tanpa batas !! Lakukan !!