Sabtu, 25 April 2009

Penyesalan Sang Darah Daging

Terdengar kabar berita tetangga propinsi. Goncang perasaan dan pikiran. Sakit parah gerogoti tubuh lelaki itu. Obrolan campuran saran dan kritik mengaum. Melalui rumah gigi dan lidah perempuan muda itu.

Memasuki alat indera pendengar. Merayap agresif menuju hati. Meraba pelan naik tangga menuju otak. Sekejap sedih iba kuasai hati. Menyatu dengan tabah. Air mata berlinang terjatuh tanggung. Bimbang dan bingung terasa.

Dahulu hingga kini. Terjerat kerap terjebak masa lalu. Membenci lelaki itu. Sekaligus merindu dan mengasihi. Itu selalu..

Hati terkadang disekap dendam. Segera cakaran logika mencabik ikatan sekapan. Lepas!! Sadar!! Aku salah!! Akui kasih sayang lelaki itu. Walau kadang mendendam. Sang darah daging berhasrat. Memeluk tubuh kekar disaingi perut buncit. Bisikkan kata penuh penyesalan. “Maafkan aku. Aku menyayangimu, Ayah!”. Akhiri cerita dengan ciuman didahinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar