Hari yang terang di kala itu. Karena tembusan cahaya bulat ke bumi kita berpijak. Panas terik!! Seperti terpanggang dalam oven. Siap menyambar amarah jika tersinggung. Melanda seorang pria dibelakang barisan garis putih. Sabar menunggu perintah si lampu hijau.
Hilang! Terbuai tarian dan suara gadis kecil. Emosi yang siap meledak, terlupa! Kebekuan kesal mencair. Gadis kecil berputar menari. Goncangkan 4 tutup botol gepeng, ditusuk paku pada kayu persegi kecil. Riang, gembira dan penuh canda tawa lepas. Hiraukan sengatan panas si bola kuning. Tak peduli membakar kulit. Semakin murka akibat “global warming”.
Gadis kecil tetap tersenyum elok. Gambarkan wajah polos tak terhinggap dosa. Mengejar pahala dikejar dosa. Senyuman penuh kesabaran gadis kecil. Mengulurkan tangan menunggu koin berlambang 3 angka dan kertas bergores lukisan kecil pahlawan. Begitu luar biasa indah.
Namun.. Pemandangan itu membuat si pria malu. Malu akan kemampuan senasib dia. “Tidak mampu!”, bisik pria itu. Kesabaran si gadis kecil luluhlantakkan benteng beton kesabaran si pria. Pria itu diam membisu. Tak keluarkan kata apapun. Menyeka air keringat di wajah. Pergi menanggung malu sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar