Sabtu, 25 April 2009

Inikah Berteman Tanpa Batasan Itu?? TIDAK !!

Mengapa? Batinmu tak pernah akui! Sungguh ironis tanpa dramatis! Dukungan yang dibutuhkan! Bukan hujatan dan cacian dalam hati. Bukan diskon 110% harga ocehan sampah busuk dari ruangan mengunyah nasi!

Tatapan sinis dan sindiran pedas. Menjadi korban pembahasan. Suatu hal biasa diterima. Bagai pukulan telak tak terduga. Tertangkis perisai sabar berlapis baja canda.

Status kami selalu kau pertanyakan. Tanpa henti kau bertanya. Tiada akhir! Maafkan aku. Perasaan ini tak bisa dibohongi. Status harusnya kau benci. Bukan diri ini.

Sekarang dan selamanya. Bangga tetap begini. Hingga kau kekal bersatu dengan tanah.

Semangat Pertama Kelak Terbenam

Lapisan kaca batasi pandangan. Melihat serangan gerombolan air. Terus menghantam tanah di malam itu.
Terdiam dan tertegun. Mengingat ucapan wanita kuat. Dia yang paling kucintai. Dalam dunia fana ini.

Perangai wanita itu begitu indah. Rela korbankan jiwa raga. Siap meregang nyawa. Demi kebahagiaan seorang anak. Ketulusan dan keikhlasan terus mengiringi. Tanpa pikir sisa umur.

Masih terdiam bisu. Terjebak pertanyaan sesakkan jiwa. "Siapkah ditinggalkan olehnya?". Tak terjawab hingga hembusan nafas terakhir.

"Semoga panjang umur. Dan sehat selalu, Mama". Doa tulusku kepada-Nya. Aku menangis.

Senyuman Indah Gadis Kecil

Hari yang terang di kala itu. Karena tembusan cahaya bulat ke bumi kita berpijak. Panas terik!! Seperti terpanggang dalam oven. Siap menyambar amarah jika tersinggung. Melanda seorang pria dibelakang barisan garis putih. Sabar menunggu perintah si lampu hijau.

Hilang! Terbuai tarian dan suara gadis kecil. Emosi yang siap meledak, terlupa! Kebekuan kesal mencair. Gadis kecil berputar menari. Goncangkan 4 tutup botol gepeng, ditusuk paku pada kayu persegi kecil. Riang, gembira dan penuh canda tawa lepas. Hiraukan sengatan panas si bola kuning. Tak peduli membakar kulit. Semakin murka akibat “global warming”.

Gadis kecil tetap tersenyum elok. Gambarkan wajah polos tak terhinggap dosa. Mengejar pahala dikejar dosa. Senyuman penuh kesabaran gadis kecil. Mengulurkan tangan menunggu koin berlambang 3 angka dan kertas bergores lukisan kecil pahlawan. Begitu luar biasa indah.

Namun.. Pemandangan itu membuat si pria malu. Malu akan kemampuan senasib dia. “Tidak mampu!”, bisik pria itu. Kesabaran si gadis kecil luluhlantakkan benteng beton kesabaran si pria. Pria itu diam membisu. Tak keluarkan kata apapun. Menyeka air keringat di wajah. Pergi menanggung malu sendiri.

Ketika Rasa Itu Butakan Logika

Kebahagiaan dan kegembiraan terasah tajam. Kecemasan dan kebimbangan terhunus. Dan menghujam terus menghujam. Bagian tersensitif manusia. Hatiku lah itu. Tertusuk dalam dan curam. Karena dia.

Gundah gulana. Resah gelisah. Risau terus berkicau. Menghantam hati. Desak perasaan tuk mencekik logika hingga tak bersuara. Lakukan kudeta tuk laksanakan kehendak hati mengagumi. Logika lengser ketika perasaan berunjuk rasa tanpa henti. Setuju dengan tuntutan penasaran. Temui dia.

Melihat dalam layar monitor. Mencari dan mendapat jawaban lewat ketikan pertanyaan sederhana. Terucap kata-kata kecil sejukkan hati. Mendengar suara lembut sosok manusia patut disayangi, dipelihara dan dilindungi. Itu interaksi aku dan dia.

Hanya bisa bersyukur kepada-Nya. Aku jatuh hati. Terima kasih Tuhan. Wanita itulah dia.

Penyesalan Sang Darah Daging

Terdengar kabar berita tetangga propinsi. Goncang perasaan dan pikiran. Sakit parah gerogoti tubuh lelaki itu. Obrolan campuran saran dan kritik mengaum. Melalui rumah gigi dan lidah perempuan muda itu.

Memasuki alat indera pendengar. Merayap agresif menuju hati. Meraba pelan naik tangga menuju otak. Sekejap sedih iba kuasai hati. Menyatu dengan tabah. Air mata berlinang terjatuh tanggung. Bimbang dan bingung terasa.

Dahulu hingga kini. Terjerat kerap terjebak masa lalu. Membenci lelaki itu. Sekaligus merindu dan mengasihi. Itu selalu..

Hati terkadang disekap dendam. Segera cakaran logika mencabik ikatan sekapan. Lepas!! Sadar!! Aku salah!! Akui kasih sayang lelaki itu. Walau kadang mendendam. Sang darah daging berhasrat. Memeluk tubuh kekar disaingi perut buncit. Bisikkan kata penuh penyesalan. “Maafkan aku. Aku menyayangimu, Ayah!”. Akhiri cerita dengan ciuman didahinya.

Takut Yang Terabaikan

Lenyapnya harta. Habisnya uang. Hilangnya kekuasaan dan ketenaran. Tak lagi bernyawa. Suatu lukisan ketakutan realita wajar dalam kehidupan manusia.

Tetapi, takut akan amarah-Nya. Takut akan siksaan-Nya. Takut akan api hitam neraka. Meraung murka. Menjerit histeris. Tahu bahkan tidak tahu sama sekali. Tak pernah sadari itu.

Sadarkan diri dan bertaubatlah. Masih ada kesempatan itu. Segera lakukan..

Gejolak Ego Tak Terkendali

Kegalauan melanda perasaan. Logika terjajah ego. Prasangka buruk tak kunjung henti. Keangkuhan senjata pembelaan diri. Belenggu si gadis remaja.

Tak sanggup bertahan. Salahkan target incaran. Cicipi hidangan rasa hambar. Singgahi ruang kasih hampa. Bermimpi sepasang merpati. Selalu berdua terbang berdua. Keadaan susah mengizinkan.

Takut kehilangan. Cemas ditinggalkan. Pasang strategi posesif. Sadar dan tak mengerti. Sang lelaki miliki hasrat bersosialisasi. Hanya itu..

Yakinkan gadis remaja. Tak hilang rasa dan tak berkhianat. Jawaban terdakwa tak bersalah.

Penalaran gadis remaja tak kunjung tiba. Pertahankan taktik lilitan rantai besi. Terdesak ego. Berkhayal pergi jauh.

Cemburu tak beralasan. Lelaki pun mengalah. Tersungging senyum pahit.

Rasa itu terlalu dan berlebihan. Masih gelisah terasa. Butuh kedewasaan menjawab. Hilangnya ego si gadis remaja.

Sirkus Maksiat Jelang 9 April 2009

Beramai-ramai. Berbondong-bondong. Berbaris acak. Memikul bendera berwarna. Isi penuh wadah orasi. Gumpalan sumpah terucap. Tak tentu terbukti. Mencari simpati. Demi diri sendiri? Atau khalayak ramai?

Suguhkan hiburan kacau balau. Topeng biduan si wanita jalang. Goyang tari erotis. Robohkan benteng iman. Nafsu syahwat lepas kendali. Kesempatan mesum dalam kesempitan.

Kesal terlahir kecewa. Batin terusik tak percaya. Keputusan apa diambil? Contreng atau coblos? “Hahaha..” Tawa sejenak dihati. Penuh arti. Demi ibu pertiwi. Aku memilih..

Dia..!!! Manusia Tak Tahu Diri

Berperawakan gemuk agak besar tidak bongsor. Berwajah kasar bekas pertempuran jari dan kulit berbukit. Berakhir dengan pertumpahan darah bercampur nanah. Cukup berumur tidak uzur.

Gagah seperti lambang negara berideologi Pancasila. Berwibawa seperti singa raja hutan rimba. Itu lapisan luar. Congkak seperti iblis raja setan. Beradab seperti setan budak iblis. Itu lapisan dalam.

Ketidakdewasaan, otak karam laut dangkal, arogan dan licik. Itulah isi..!!!

Memakibentak wanita yang mengandung dan melahirkannya. Tak berbakti. Tak beretika. Tiada toleransi. Tak tahu malu. Tak tahu diuntung. Tak berakhlak. Tak henti mengeluh kenyataan hidup. Durhaka..!!!

Terlalu jauh berkhayal. Terlalu tinggi bermimpi. Sadar tak kunjung penyesalan. Berkali-kali. Sampai kapan?! Hah?!! Sampai kapan?!!!

Tak patut menjadi contoh bagi sang adik. Tak patut menjadi pelindung bagi keluarga kecil.

Apa yang harus diteladani darinya?? Suatu akhlak terlahir dari pemikiran otak kritis, koma bahkan kronis?? Atau suatu logika terlahir dari ego kelak berujung sesat abadi?? Lelah berdebat..!!!

Wanita itu menangis menahan sakit. Terkulai lemas tak berdaya. Susah 'tuk maafkan. Biadab!! Terlalu bejat sikapmu..!!! Sungguh menyedihkan. Membuat pilu hati. Timbulkan dendam saudara kandung. Emosi terbakar siksa batin.

Hingga ruh tinggalkan jasad. Takkan rela!! Tuhan pasti membalas!!

Tanya Jawab Sesaat Penuh Arti

Pagi menjelang siang. Bermain dalam dunia maya. Terbuai dan terlena. Tak peduli waktu. Login dan sign in terlebih dulu. Kolom interaksi manusia berkomunikasi. Chat !!!

Hah?! Terperanjat tapi bahagia. Bukan main rasanya. Luar biasa. “Hhaha..” Tersenyum lebar. Barisan gigi mengintip. Melihat dia diruang chat.

Menyapa dan terbalas. Awal kata modus tanya. Apa kabar? Dimana? Ngapain? Udah sarapan? Terjawab semua. Malu melucuti hati. Senang dan gembira. “Hhihi..” Makin terperosok jurang malu.

Tanya itu dijawab. Posisi berbalik. Ganti giliran. Dia bertanya. Menjawab bohong. Terpaksa lakukan. Malu, malu, malu..

Ingin terus terang. Tapi tak bisa. Jawaban adalah dia. Sesungguhnya dia. Memang dia. Bukan orang lain. Dia..!!! Aku rindukan selalu. Aku yakin. Jujur…

Kesempatan Itu

Matahari telah terbit. Naik seperempat atas sinari bumi. Sambut pagi hari ini.

Membuka mata. Masih bernafas. Hirup udara sejuk udara. Nikmati suasana indah.

Tersentak! Teringat kepada-Nya. Masih diberi kesempatan.

Kesempatan itu adalah.. Jalani hidup dan bernafas tuk bertaubat. Mata melihat. Hidung mencium. Mulut berbicara.Telinga mendengar. Tangan menggenggam. Kaki melangkah 'tuk berjalan.

Alhamdulillah.. Masih ada kesempatan itu. Tuntut lakukan kewajiban sebagai manusia. Tetap sabar terus berusaha.

Debat Kacau Terselip Pesan

Sabar.. Kendalikan diri.. Ketika status disinggung dan dipertanyakan. Tanya jawab berbau hujatan menyudutkan. Sering terlontar terasa terkepung. Peristiwa biasa terjadi. Biasa menyusul bosan.

Perbedaan pendapat dan pandangan. Hak penuh memberi pendapat. Itu tidak salah. Namun senjata penilaian terucap salah. Jadikan tameng pembelaan diri.

Menggelikan terus menikmati. Topeng bodoh berlapis karet konyol dimata. Sorot cahaya bola mata keraguan terlihat. Tak yakin dan menyesal. Atas barisan acak kata telah terucap. Sudah berlalu tak kembali. Tetapi bisa diperbaiki. Jangan khawatir..

Berpikir sebelum berucap. Fokus dan konsentrasi. Miinimalisir kesalahan ribuan huruf terucap. Jikalau tidak?! Reputasi luntur secuil tidak pudar. Malu membalut diri.

Senyum puas disusul tawa kecil. Tiada pemenang. Tetap berteman. Beda tapi sama.

Pemandangan Indah Sebelum Tidur

Nafas menderu berkejar-kejaran. Rambut tergerai bebas. Mata tertutup teduh. Senyuman kecil tersungging. Selayaknya bermimpi indah.

Genggaman tangan menghanyutkan. Terasa kasar tapi lembut. Berbisik kecil satu kata "Mama.."

Hati berteriak lantang. Sungguh menakjubkan..!!!

Menanti Waktu Itu Datang

Waktu terus berputar. Bumi trus kelilingi matahari tak henti. Siang malam terus berganti. Detik demi menit trus berlalu.

Peristiwa alam tak lagi bersahabat. Cerita dunia sakit parah. Ibu pertiwi menangis tersedu. Peperangan ego memakan korban. Tak lain adalah sesama.

Kapan kedamaian tercipta?? Kapan kemenangan tiba?? Kapan ketenangan menjemput?? Sesungguhnya.. Selamanya..

Bidadariku..

Suara merdu getarkan hati. Wajah manis debarkan jantung. Senyum indah sesakkan napas. So beautiful !! Bagai bidadari cantik dan tulus. Walaupun tak sesempurna di surga.

Hanya mampu melihat di layar kaca. Selalu dalam khayalan dan mimpi. Takkan memudar. Apalagi hilang. Takkan pernah.

Pria Putih Bertato

Tak tahu. Tak sadar. Terkecoh. Tak percaya. Kesal. Kecewa. Marah.

Ternyata.. Perusak. Perusuh. Penjilat. Penipu. Licik. Gula manis pahit rasa. Cari muka bermodal membual.

Pergi jauh. Hilang tak kembali. Lepas tanggung jawab. Masalah tersisa. Belum selesai !!

Monster Pembunuh Mental

Aliran darah terhenti sejenak. Jantung berdegup kencang. Urat nadi terlilit putus. Mata melotot jelalatan. Konsentrasi fokus buyar.

Monster mungil tengil. Ekor panjang. Bulu tipis lebat. Muncung panjang berkumis. Tubuh bengkak. Perut buncit. Telinga bulat mendua. Kaki empat pendek. Gigi kecil tajam. Makan apa saja. Tak peduli.

Berlari tiap sudut parit jorok. Selokan busuk. Mual muntah terbayang. Arrgghh !! Menjijikkan. Muak !!

Jatuhkan mental. Otak terasa penat. Nyali menciut. Teringat lagi.

Benci setengah mati. Tekad kuat musnahkan. Tapi tak kuasa. Phobia tiada habis.

Pertanyan Menyudutkan

Apakah kita menyembah-Nya karena takut akan api hitam neraka-Nya??

Atau..

Apakah kita menyembah-Nya karena asa tak terbendung akan keindahan surga-Nya??

Dan atau..

Apakah kita menyembah-Nya semata-mata hanya karena-Nya??

Agresi Galau Bimbang

Menangis itu.. Pertanda dari kelesuan batin. Tahan air mata. Jika tidak, hati dihantam gelombang samudera menggelora. Hingga diri tak dapat mencari diri sendiri. Kecuali Sang Pencipta Yang Maha Perkasa. Dia yang kita sembah.

Semua Dan Si Kulit Bundar

Kotak persegi panjang tersedia. Wadah semua berlaga. Lapangan hijau tak besar tak kecil. Berwarna rumput tanah subur.
Gembira bukan main. Keseimbangan badan kokoh. Tangan berayun tak henti. Kaki kencang berlari. Kejar si kulit bundar. Menjabat sebagai poros permainan. Ciptakan sebuah fenomenal. Bersambut teriakan dan kepuasan batin. Gol !! Itu kata mereka.

Adrenalin terus berpacu. Putar otak cari celah. Celah untuk membalas. Gol yang telah tercipta. Ini seru namun tidak krusial.Tapi kebutuhan vital sore hari. Tiap hari.

Semua tertawa. Tak ada amarah. Sportif selimuti semua. Semua teman masa kecil. Hingga kini tetap berteman. Selalu tersenyum bersama.

Akhirnya kulit bundar mati. Hembuskan angin terakhir. Tak bisa bermimpi lagi. Paksa pacuan adrenalin berhenti. Akibat kecerobohan satu dari semua. Sedikit kecewa tapi puas. Sumringah semua.

Hiburan Rekayasa

Modus masalah intern. Begitu pribadi terpublikasi. Menegangkan tak mendidik. Buang waktu tiada guna. Ketika aib tak lagi dihargai. Realita biasa permalukan diri. Demi lembaran kertas-kertas nominal mata uang negeri. Kebutuhan hidup yang vital. Cuihh !!

Laku keras dan laris manis. Badut media hiburan. Pembodohan publik menjamur. Alasan cari nafkah. Bertahan hidup. Profesi? Manipulasi? Hobi? Majikan badut itu. Dia tahu.

Jelang Hikmah

Keluh kesah gerogoti palung jiwa. Berharap banyak pada nasib. Bagai menyembah takdir. Terlalu mencinta yang dicinta. Itu tidak salah. Sama sekali tidak. Hak milik apresiasi diri.

Masalah yang digeluti. Seperti eksekusi mati. Berlebihan cukup beralasan. Tenggelam di lautan problema. Terjebak pusaran kegelisahan. Menjelma rahasia hati pedih. Tulus dan ikhlas maafkan semua.

Celah itu belum terlihat. Celah kehidupan dunia lebih baik. Tak pernah terbayang dan diduga. Buka kedua mata multifungsi ciptaan-Nya. Melekkan selebar jendela dunia tak terbatas. Akan takjub terasa. Hidup indah berwarna. Sakit sembuh lahirkan hikmah. Sedikit tak sadari itu.

Jalan hidup masih panjang. Persenjatai diri segera. Sabar berwujud pedang. Tabah berubah jubah. Tegar menjadi perisai. Banyak hal belum dipelajari. Banyak nikmat dan pahit kecut belum dirasa.

Kuatkan diri. Yakinkan diri. Tegaskan diri. Berjuang terus berjuang. Tak patah arang. Lalui tahap pendewasaan menuju pencerahan diri. Semangat tanpa batas !! Lakukan !!