Kamis, 14 Januari 2010

Bunga Ejaku

Dikala itu langit mendung membahana. Hujan terprediksi tak kunjung menghantam tanah bumi. Ibarat anak manusia dilanda masalah rumit setengah mati seorang diri. Tak menemukan jalan keluar, melainkan buntu melulu.

Dia pun terus mencari-cari ke segala arah. Merayap, merangkak, berjalan tergopoh hingga berlari kecil. Terus berlari sekuat tenaga yang tersisa.

Sekejap diri tersentak hentikan langkah dilapangan yang tak bertuan tak terukur, tepat dihadapannya. Lapangan berwarna hijau rumput terbentang luas.

Namun ada sesuatu yang menarik perhatian anak manusia itu. Sangat berbeda dengan yang lainnya. Berbeda sekali !

Bunga ejaku, begitulah dia menyebutnya. Bunga itu sangat harum mewangi, lucu, unik, menarik dan mengagumkan. Dia selalu tersenyum dan tertawa menghadap langit.

“Bunga ejaku sangat menghiburku dan aku terus terhibur olehmu!” ucap anak manusia tersebut.

Langit berwarna abu-abu buram semakin gelap tak menentu tidak lagi dihiraukan. Hujan yang akan menerjang bumi berupa gerombolan air pun tak lagi dipedulikan. Dia terfokus pada bunga itu, bunga ejaku. Hanya terfokus penuh konsentrasi memandangnya. Alangkah indahnya bunga ini. Sangat menggelikan dan menggemaskan.

Bunga ejaku, tetaplah kau mekar semerbak wangi khasmu. Tetaplah terus begini. Jangan berubah seperti mereka yang membuatnya terluka. Dia akan memelukmu dengan hangat dan rasa tulus.

Bunga ejaku, ejaku, ejaku. Kau selalu dihatinya.

Dia selalu merindumu. Itu pasti..

1 komentar: